Senin, 17 Desember 2012

Aku, Kamu, dan OASIS


Namaku Ranie, mahasiswi perguruan tinggi swasta yang tak begitu ternama. Aku lahir dari keluarga sederhana di salah satu kabupaten di Jawa Timur. Emak dan bapak, begitu aku biasa memanggil orang tuaku, yang sangat peduli dengan masa depanku. Walau hidup kami jauh dari kata cukup, namun keinginan mereka untuk melihatku maju dan menyelesaikan pendidikan sangatlah besar. Aku tinggal di kost-kostan dekat kampus, yang bagiku lumayan nyaman tuk sekedar melepas penat dari kesibukan di kampus.

Mungkin orang yang mengenalku beranggapan aku cewek kampung yang sedikit pemalu. Terbukti walau lama tinggal dan kuliah di kota besar, namun tetap saja dandananku tak jauh-jauh dari kata sederhana. Canggung rasanya bila harus bersolek lebih seperti teman-teman sebaya. Lagi pula tujuanku disini adalah sesegera mungkin menyelesaikan pendidikan sarjana untuk memberi kebanggaan pada emak dan bapak.

Malam ini, entah mengapa aku ingin sekali menceritakan perasaan yang beberapa hari ini mengganggu tidurku dan merusak nafsu makanku. Hal yang seolah membekas tajam dalam diriku. Ah, mungkin aku yang terlalu kampungan hingga tak bisa membedakan mana yang biasa dan mana yang luar biasa. Semua berawal dari perjumpaanku dengan teman lama, sebut saja namanya Ardy. Suatu perjumpaan yang membuat semua kisah berjalan sangat cepat, seperti guliran adegan dalam rol film yang akhirnya mungkin takkan jelas jalan ceritanya. Ardy, seorang pria muda yang berwajah lumayan, dulu dia teman satu SMA di tempat asalku. walau satu sekolah namun hampir tak pernah kami bertegur sapa. Hanya sesekali kulihat dia berkumpul dengan teman-temanku di lapangan basket di belakang sekolah.

Sejak pertemuan itu, Kami semakin dekat. Dia sering sekali datang ke kost untuk sekedar main dan menemani malam mingguku yang tak pernah berwarna, karena memang aku belum punya pacar. Terkadang dia menemaniku pergi ke pasar bunga tempat kesukaanku ditengah kota, dan sering pula kami hanya berkeliling menikmati sore dengan sepeda motor butut yang dipinjam dari teman kostnya.

Sampai pada suatu hari, tiba-tiba saja Ardy mengajakku mampir ke kostnya sepulang dari mengantarku membeli buku. Canggung rasanya berkunjung di kost-kostan pria, namun suasananya terlihat sangat biasa. teman-teman kostnya seolah tak terganggu dengan kehadiran teman wanita, seperti siang itu.
"Ayo masuk saja Ran, udah santai saja!", kata Ardy memecah canggung yang kupunya, sembari menggandeng tanganku masuk ke dalam kamarnya.
"Hu um" hanya itu gumamku sambil tetap melihat sekeliling kamar dengan seluruh sudut mataku.
"Mau minum apa?", kalimat tanya itu yang mengawali gelak tawa yang pecah siang itu. Seperi diwarung saja menawari minum, padahal kamar tak ada isinya apa-apa. Memang Ardy sosok yang lumayan lucu, selalu ada saja kalimat-kalimat yang diucapkannya membuat aku terbahak dengan leluasa.

Sambil tetap berkelakar dia menjangkaukan tangannya memencet tombol play di tape recorder tua miliknya. Sontak terdengar alunan musik salah satu lagu milik grup band luar negeri yang serasa asing di telingaku. Musik yang lumayan enak untuk didengarkan, sebenarnya maksud hati ingin bertanya tentang nama grup bandnya, tapi malu keliatan udik, jadi kulemparkan pandang ke setiap pojok ruang, dan akhirnya ada satu cover kaset yang tercecer dekat tumpukan buku. Hmm, Oasis ternyata.

Lagu berputar dan berganti dengan lagu lainnya, dan obrolan kami makin akrab. Sampai suatu ketika kami bersitatap, terjerat dalam rasa yang entah apa namanya, tanpa sadar wajah kami begitu dekat. Ardy memagutkan bibir tipisnya menggiringku masuk dalam relung yang tak ku ketahui arahnya. Hanya degup jantung yang bekerja lebih cepat dan desir aneh melingkupi setiap ruang hati yang kujaga rapi. Ah, masih berputar musik itu di rongga kepalaku, masih terdengar sangat jelas seperti sore itu.

Ardy, tahukah kamu arti dari semua resahku saat ini? Hmmm, kalimat itu yang slalu ingin kusampaikan padanya. Karena sungguh aku tak mau mengartikannya sendiri karena aku takut salah anggap. Andai saja bisa mengulang waktu mungkin aku akan memilih untuk tak menerima ajakanmu masuk dalam kamarmu, agar aku tak kenal dengan Oasismu dan merasakan pias rasa seperti ini.

Ardy, moga saja kau tau jawaban atas rasaku.

#DearaStories @ruang hampa cahaya, 170411, 02:03

Tidak ada komentar:

Posting Komentar