Senin, 10 Desember 2012

Larisa : Sahabat, Teman ataukah "Musuh" bercadar

Sebenarnya tak ingin membahas banyak tentang hal ini. Hanya saja apa yang terjadi lama-lama makin membuat ngeri. Mungkin dari sebagian orang ada yang menganggap bahwa hidup adalah medan persaingan, pertaruhan dan ajang pembuktian siapa sang PEMENANG. Namun tidak bagiku, hidup menurutku adalah tempat "bermain" dan "belajar"untuk menunjukkan diri bahwa Kita adalah pembelajar tangguh yang bisa mengubah hal yang buruk menjadi lebih baik.

Jiwa persaingan, ego tinggi, dan keinginan untuk selalu jadi pemenang dulu sempat lekat sekali denganku. Apalagi ketika bertemu dengan teman satu kantor yang hampir seumuran, sebut saja namanya "Larisa" yang sejak awal masuk sudah menunjukkan gejolak persaingan dan permusuhan berselubung. Entah sadar atau tidak beberapa saat hal itu mempengaruhi mentalku, egoku dan labilnya emosiku. Rasa tenang terasa makin jauh dari keseharian, senyum kepalsuan terasa makin sering kuumbar hanya untuk mengikuti semua "permainan" yang dilancarkan setiap saat oleh si Larisa. Hal itu tidak hanya berlaku dikantor, dirumahpun Aku menjadi pribadi yang sangat gampang marah, mau menang sendiri dan sering mengeluhkan banyak hal pada Suami, bahkan sempat menelpon dan meminta pendapat dari Ibu Bapak bila otak terasa sangat penuh dan hati tidak tenang.

Alhamdulillah, hal tak penting itu tak berlangsung lama. Banyak hal yang membuatku berubah, mencoba mengobati dan memperbaiki diri dari segala penyakit hati yang muncul karena "persaingan dan konfrontasi dalam pertemanan". Kalimat-kalimat bijak yang selalu dibisikkan oleh suami dan nasehat-nasehat yang menenangkan dari Ibu Bapak selalu bisa jadi penawar "kebusukan" yang selalu disebarkan oleh si Larisa.

Kalimat sakti suamiku yang selalu bisa mengobati penyakit hatiku dalam sekejab adalah bahwa diriku lebih sempurna, karena Allah telah memberikan formasi lengkap berupa anak-anak yang sangat istimewa. Berbeda dengan Larisa yang sampai saat inipun masih tak bisa menunjukkan dirinya sebagai wanita yang sesungguhnya. Mungkin keringnya rahimnya berbanting lurus dengan keringnya hati yang dimilikinya. Hmmm, semoga Allah selalu menjaga hatiku agar tak tertular penyakit hati si Larisa.

Namun di beberapa hal aku bersyukur diberi kesempatan untuk kenal dengan temanku "Larisa". Dari bentuk pertemanan yang ditawarkannya membuatku makin paham tentang arti persahabatan, siapa saja yang pantas menyandang sebutan teman dan mana yang hanya serpihan "musuh bercadar".

Alhamdulillah,  Allah masih memberikan banyak sahabat baik yang rela berbagi tangis, bergelak tawa, melepas penat dan mengingatkan bila tapakku sedikit keluar garis. dan masih banyak bertebaran disekitarku teman-teman yang tulus menyayangi dan tau cara menghargai. doaku hanya satu, semoga tak ada Larisa-Larisa lain yang dihadirkan di dekatku, dan semoga Allah menjauhkanku dari bentuk laku tak elok yang membawa penyakit hati.

Ditengah pengap yang menghujam,
semoga kebaikan Allah selalu tercurahkan


#DearaCurhat @ruang hampa cahaya





Tidak ada komentar:

Posting Komentar